Monthly Archives: Oktober 2010

Myasthenia Gravis Overview

Standar

Akhirnya aku paham apa yang disebut dengan penyakit autoimun Myasthenia gravis. Membaca dan mendengarkan keterangan dari dokter tentu dua hal yang berbeda. Pemahaman awalku tentang Myasthenia Gravis adalah penyakit autoimun (meski saat itu aku sendiri masih belum tahu apa itu autoimun) yang disebabkan oleh thymoma. Jadi jka ingin sembuh adalah dengan melakukan operasi pengangkatan thymoma.

Setelah membaca berbagai artikel dan belajar dari pengalaman diri sendiri dan pengalamann berbagai penderita Myasthenia Gravis yang lain, aku bisa memahami MG lebih jauh dan mencoba menguraikan dengan kalimat dan bahasaku sendiri.

Myasthenia gravis (MG) mungkin lebih tepat dikatakan sebagai penyakit kelainan sistem imun. Seorang penderita Myasthenia Gravis memproduksi imun lebih banyak daripada orang pada umumnya. Sistem imun sangat diperlukan oleh tubuh untuk memerangi baketri atau virus yang merugikan. Tapi karena produksi yang berlebih, sehingga saat tidak ada virus atau bakteri asing yang menyerang, antibodi yang sudah melebihi batas populasi pada umumnya menyerang atau memblokir reseptor, tempat dimana acetylcholine yang merupakan bahan kimia yang sangat penting untuk menghubungkan syaraf ke otot mengikat dan mengaktifkan kerja otot.

Apa itu acetylcholine?

Hampir sebagian tubuh kita dipenuhi oleh otot. Seperti yang mudah dipahami, otak adalah pengendali syaraf. Syaraf berfungsi sebagai penghantar perintah dari otak yang menggerakan otot kita. Jadi perintah otak turun melalui syaraf dan ditransmisikan ke otot. Tapi, perlu diketahui, syaraf tidak bersentuhan secara langsung dengan otot. Ada sebuah jarak yang disebut sebagai sambungan syaraf otot. Syaraf kemudian mengeluarkan sejumlah bahan kimia yang disebut sebagai acetylcholine yang melewati sambungan syaraf otot dan mengaktifkan reseptor untuk menggerakkan otot.

Bagaimana MG mempengaruhi kerja otot?

Pada penderita MG, sejumlah reseptor otot yang diaktifkan acetylcholine mengalami penurunan hampir sebesar 80%. Singkatnya, antibodi yang kurang kerjaan menyerang atau memblokir reseptor, sehingga otot tidak memiliki cukup reseptor untuk mengaktifkan kerja otot dan hal ini yang menyebabkan kelemahan otot.

Otot apa saja yang diserang oleh MG?

Hampir kebanyakan penderita MG mengalami kelemahan otot penglihatan terlebih dahulu. Melemahnya otot penglihatan bisa menyebabkan sesorang mengalami penglihatan ganda (seperti apa yang aku alami), tidak bisa membuka atau menutup mata, dan peka terhada cahaya. Setelah itu menyebar ke otot yang berfungsi untuk mengunyah dan menelan (aku pernah merasakan serpihan kecil makanan menempel di tenggorokan karena tidak bisa tertelan). Kelemahan otot bisa menyebar ke otot yang berfungsi untuk menggerakkan badan. Pada tahap yang paling berbahaya, apabila otot sudah mempengaruhi kerja dari otot pernafasan. Apabila hal ini terjadi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Tetapi gejala antara satu orang dengan orang yang lain bisa berbeda-beda. Menurut pemahamanku, semakin cepat MG terdiagnosis, maka semakin cepat treatmen dapat diberikan dan hal ini juga akan mengurangi tingkat kerusakan kerja otot karena MG.

Bagaiman mendiagnosis MG?

Kadang diagnosia MG belum dapat tercover dimana artinya sangat sulit untuk menentukan benar tidaknya seseorang menderita Myasthenia Gravis apabila tidak dilakukan pemeriksaan lebih teliti. Pada sebagian orang, proses gejala MG berlangsung lambat (kecuali aku) dan sulit untuk terdianosis (karena nggak semua dokter syaraf tahu tentang penyakit ini).  Untuk mendukung kesimpulan seorang dokter berbagai pemeriksaan bisa dilakukan. Bisa melalui tes darah untuk mengetahui jumlah antibodi yang terkandung dalam plasma darah dan tes ini lebih dikenal sebagai tes acetylcholine receptor binding test.  Bisa juga melalui EMG (electromyography) yaitu melakukan tes kejut pada otot dan merekam tingkat spontanitas gerak otot. Atau juga tensilon tes dengan memberikan suntikan cairan khusus pada pembuluh darah. Apabila peningkatan kekuatan secara spontan terjadi, maka berdasarkan data ini bisa diambil kesimpulan  seseorang menderita MG. Ct scan atau MRI sering digunakan saat seseorang sudah positif dinyatakan MG untuk mengetahui adanya pembesaran dari kelenjar timus, atau untuk mengetahui adanya thymoma dalam tubuh seseorang.

Treatmen yang digunakan pada penderita MG?

Sebagai penderita MG, aku tahu benar bagaimana jatuhnya mental seseorang saat terdiagnosa MG atau mungkin saat terdiagnosa (karena masih belum paham) masih belum merasa shock, justru merasa syock dikarenakan kalimat seperti BELUM ADA OBAT, PENYAKIT LANGKA, atau PENYAKIT KRONIS.  Padahal para penderita MG harus  lebih banyak bersyukur, karena meskipun termasuk dalam kategori penyakit langka, tetapi sejumlah treatmen yang efektif telah berhasil dikembangan dan banyak pasien yang mengalami remisi (hilangnya gejala tanpa melakukan treatmen). Tetapi perlu digaris bawahi treatmen yang ada BELUM MAMPU untuk menyembuhkan MG. Tetapi meskipun begitu, penderita MG masih lebih beruntung daripada penderita penyakit langka yang lain. Jadi STOP mengasihani diri sendiri dan memulai sesuatu dengan pandangan positif. Karena menurutku, sifat positif dan mental yang kuat juga merupakan salah satu treatmen yang dapat membantu kesembuhan (Baca: remisi) MG.

Treatmen melaui obat-obatan. Bersyukur sekali karena sudah ada obat seperti mestinon yang mengembalikan atau menguatkan kerja otot. Cara kerja obat ini, menguraikan antibodi nakal yang menyerang acetylcholine dan membuatnya lebih lama berada di sambungan syaraf otot sehingga otot tetap bisa berfungsi sebagimana mestinya. Meskipun ada beberapa efek samping yang tidak nyaman tetapi masih bisa diminimalisir. Seperti contohnya, jika mengkonsumsi mestinon sebelum makan, atau tidak akan makan dalam jangka waktu satu hingga dua jam satelah minum, biasanya menyebabkan kram perut. Bagi yang memiliki sistem pencernaan yang sensitive, bisa menyebabkan diare atau perut terasa penuh. Berdasarkan pengalamanku, sebaiknya mestinon memang diminun setelah makan, dan ketepatan waktu minum juga merupakan sesuatu yang utama. Aku ingat saat puasa, badan merasa lebih enak, karena meski sedang berpuasa, tetapi mestinon selalu tepat waktu dikonsumsi saat sahur dan buka (tetapi sekali setiap orang memiliki pengalaman sendiri-sendiri). Ada juga Methil Prednisolone atau prednisone yaitu obat-obatan yang digunakan untuk menekan produksi imun. Sayangnya, obat ini apabila dikonsumsi dalam jangka panjang bisa menyebabkan efek samping yang merugikan seperti osteoporosis, hipertensi atau diabetes. Selain itu, obat ini bisa menyebakan perubahan mood sesorang, insomnia, meningkatkan nafsu makan dan meyimpan cairan lebih banyak dalam tubuh. Bagi sebagian kaum hawa efek tersebut sangat tidak menyenangkan karena, semakin lama mengkonsumsi akan meningkatkan berat badan dan merubah bentuk tubuh (wajah pada khususnya) karena itu jika mengkonsumsi obat ini memang sebaiknya juga diimbangi dengan diet khusus dan mengkonsumsi kalsium lebih banyak.  Selain itu ada juga obat seperti Immuran dan IVIg yang digunakan untuk menekan imun dimana pemilihan obat-obat stereoit ini didasarkan akan tingkat keparahan MG seseorang (sementara ini belum dapat menjelaskan obat-obat tersebut dengan lebih detail, kerena selain belum pernah mengkonsumsi, juga belum mendaptkan referensi yang cukup).

Treatmen melalui thymectomy. Thymectomy adalah operasi pengangkatan kelenjar timus yang terletak di belakang dada. Operasi ini cukup kejam dan berbahaya, karena membelah dada manusia dan membuka (baca: menggergaji) tulang dada. Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar thymectomy dilakukan pada awal treatmen. Tentu saja anjuran ini bukan tanpa alasan yang jelas, karena hampir sebagian besar pasien yang melakukan thymectomy berhasil remisi atau paling tidak mengurangi memperparahnya MG sehingga mereka tetap bisa berfungsi seperti orang pada normalnya (tetapi kembali lagi hasil yang diberikan oleh treatmen ini berbeda pada setiap masing-masing individu). Karena merupakan operasi besar banyak hal harus dipertimbangkan mulai dari usia pasien, tingkat kelemahan pasien, penyakit-penyakit yang di derita pasien dan banyak aspek lainnya sehingga opersi yang dilakukan setimbang dengan resiko dari thymectomy itu sendiri. Pada kasusku, sebenarnya aku memiliki thymoma yaitu tumor timus (tapi sebenernya masih bimbang juga bener nggak sih). Seharusnya karena thymoma adalah tumor, dan tentunya kita tidak akan menunggu sampai ia menjadi ganas, maka ia harus diangkat. Dan berdasrkan artikel yang aku baca, seseorang yang memiliki thymoma, biasanya MG nya akan semakin parah dan kondisinya akan melemah. Tetapi karena kian hari aku semakin sehat, operasi masih bisa ditunda untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. (^_^!hehehe…).

Treatmen plasmapheresis adalah dengan melakukan pergantian plasma darah. Antibodi yang berlebih tersimpan dalam plasma darah sehingga perlu untuk dihilangkan. Terapi ini bisa meningkatkan kekuatan otot seseorang secara mengejutkan, akan tetapi sayangnya tidak bertahan lama karena tubuh tetap memproduksi antibodi. Plasamaphersis mungkin sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan otot seseorang sebelum melakukan thymectomy.

Apa yang menyebabkan MG semakin  parah?

Sebagai seseorang yang masih baru, aku belum bisa menjelaskan hal ini berdasarkan pengalaman pribadi apalagi Myasthenia yang aku derita masih tergolong ringan (harapannya juga akan ringan untuk seterusnya, syukur-syukur bisa sembuh). Tetapi sejumlah teori dan pengalaman teman-teman mengungkapkan bahwa tingkat kecapaian, stress dan obat-obatan (dosis yang sengaja dikurangi atau bahkan tidak diminum dalam jangka waktu tertentu) bisa mempengaruhi MG seseorang. Aku berpendapat bahwa seseorang tidak mungkin drop begitu saja tanpa disebabkan oleh sesuatu dan kondisinya tidak serta menurun begitu saja. Tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dibuktikan, karena sebagian besar penderita MG mengatakan bahwa penyakit ini tidak bisa diprediksi. Belum ada yang berani mengatakan bagaimana cara yang terbaik untuk mencegah memburuknya kondisi seseorang  karena setiap orang memiliki gejala yang berbeda, keluhan yang bervariasi dan tentunya penanganan treatmen yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Mungkin pencegahan yang bisa dilakukan dengan memeperhatikan tiga hal utama yaitu dengan meminimalizir kecapekaan, mengelola rasa stress, dan mengkonsumsi obat tepat waktu dan sesuai dosis yang telah diresepkan. Berdiskusi dengan banyak penderita MG juga bisa menjadi masukan yang positif. Banyak hal yang bisa diambil pelajaran, banyak hal yang bisa meningkatkan semangat untuk lebih sabar dan banyak hal yang bisa dilakukan untuk kebaikan bersama. Satu hal yang cukup membuat kagum adalah para penderita Myasthenia adalah pribadi yang luar biasa dan memiliki semangat hidup yang tinggi. Mengenal mereka kadang membuat diri sendiri merasa malu jika untuk hal yang sepeleh seseorang dengan mudahnya mengeluh.

*****

Autoimun Myasthenia Gravis

Standar

Myasthenia Gravis (MG)

Myasthenia gravis berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang memiliki arti “kelemahan otot yang parah”. MG lebih dikenal sebagai kelaianan  autoimun syaraf otot kronis yang ditandai dengan melemahnya sekelompok otot secara fluktuaktif. Prevalensi MG di Amerika diperkirakan kurang lebih 20/100.000 populasi. Bagaimanapun juga, MG kemungkinan tidak terdiagnosis dan tingkat prevalensi bisa lebih tinggi.

Apa yang menyebabkan MG?

Otot-otot yang ada di seluruh tubuh dikendalikan oleh impuls syaraf yang muncul di otak. Impuls syaraf tersebut menggerakkan syaraf ke tempat dimana syaraf bertemu dengan serat otot. Serat syaraf sebenarnya tidak berhubungan secara langsung dengan serat otot. Ada sebuah jarak antara ujung syaraf dan serat otot; jarak ini yang disebut sambungan syaraf otot.

Ketika impuls syaraf yang berasal di otak tiba di ujung syaraf, ia melepaskan bahan kimia yang disebut acetylcholine. Acetylcholine menyeberangi jarak menuju sisi serat syaraf dari sambungan syaraf otot dimana ia mengikat ke banyak sisi reseptor. Kontrak otot terjadi  ketika cukup reseptor telah diaktifkan oleh acetylcholine tersebut. Pada MG, ada penurunan sebesar 80% pada jumlah receptor. Penurunan ini disebabkan karena adanya antibodi yang menyerang atau memblokir reseptor.

Antibodi adalah protein yang berperan penting dalam system imun. Antibodi biasanya ditunjukkan untuk protein asing yang disebut antigen yaitu yang menyerang tubuh. Contoh protein asing adalah bakteri dan virus.

Antibodi membantu tubuh untuk melindungi tubuh dari protein asing. Untuk alasan yang tidak dapat dipahami, sistem imun penderita MG membuat antibodi menyerang reseptor pada sambungan syaraf otot. Antibodi yang tidak normal dapat ketahui jumlahanya dalam darah penderita MG.  Antibodi menghancurkan reseptor lebih cepat sebelum tubuh dapat mengganti reseptor yang rusak. Kelemahan otot terjadi ketika acetylcholine tidak dapat mengaktifkan cukup receptor pada sambungan syaraf otot.

Fitur dan Gejala klinis

MG bisa terjadi pada semua ras, jenis kelamin dan umur. MG tidak diturunkan secara langsung dan tidak menular. MG memang kadang-kadang terjadi pada lebih dari satu anggota keluarga pada keluarga yang sama. MG bisa mempengaruhi otot-otot yang dapat dikontrol. Otot-otot tertentu yang biasanya sering terpengaruh meliputi  otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk, dan ekspresi wajah. Otot yang mengendalikan pernafasan dan gerakan lengan dan kaki bisa juga terpengaruh. Kelemahan  otot yang diperlukan untuk bernafas dapat menyebabkan sesak nafas, kesulitan mengambil nafas panjang dan batuk.

Kelemahan otot MG meningkat dengan aktivitas yang terus menerus dan akan menguat  kembali setelah istirahat. Otot-otot yang terkena bisa berbeda dari pasien yang satu dengan pasien yang lain. Kelemahan bisa terbatas pada otot yang mnendalikan gerakan mata dan kelopak mata. Jenis myasthenia ini dikenal sebagai ocular MG. Pada tingkat yang parah, MG mengenai banyak otot tubuh seperti otot yang diperlukan untuk pernafasan. Tingkat dan distribusi dari kelemahan otot dari banyak pasien terjadi diantara dua hal ekstrem ini. Ketika kelemahan menjadi parah dan mengenai pernafasan, perawatan rumah sakit biasanya diperlukan.

Diagnosis

Ada banyak kelainan yang menyebabkan kelemahan otot. Sebagai tambahan,  untuk mendapatkan evaluasi syaraf dan medis yang komplit, serangkaian tes bisa digunakan untuk mendiagnosa MG. Tes darah untuk mengetahui keberadaan antibodi yang abnormal. Electromyography (EMG) memberikan data yang mendukung diagnosa MG saat  diketahui adanya pola kharkteristik MG. Tes edrophonium klorida (Tensilon ®) dilakukan dengan menyuntikkan bahan kimia ini ke dalam pembuluh darah. Peningkatan kekuatan secara langsung setelah suntikan menunjukkan diagnosa MG. Kadang-kadang semua test tersebut menunjukkan hasil yang negative atau samar-samar pada seseorang yang cerita dan pemeriksaannya masih merujuk ke diagnosa MG. Temuan klinis yang positif harus lebih diutamakan daripada test konfirmasi yang negative.

Treatmen

Belum diketahui obat untuk menyembuhkan MG, tetapi ada banyak treatmen yang efektif yang dapat, meskipun tidak semua, penderita MG dapat hidup dengan normal. Treatmen yang umum meliputi pengobatan, thymectomy dan plasmapheresis. Peningkatan secara spontan dan bahkan remisi bisa terjadi tanpa terapi yang khusus.

Pengobatan adalah hal yang paling sering digunakan sebagai treatment. Anticholinesterase (misalnya, Mestinon ®) memungkinkan asetilkolin untuk tetap berada di sambungan syaraf otot lebih lama sehinggga lebih banyak reseptor bisa diaktifkan. Corticosteroids (missal prednisone) dan immunosuppressant (contohnya Imuran) bisa digunakan untuk menekan tindakan yang abnormal dari system imun yang terjadi pada MG. Intravenous Immunoglobulins (IVIg) juga kadang-kadang digunakan untuk mempengaruhi fungsi produksi antibodi yang abnormal.

Thymectomy (operasi pengangkatan kelenjar timus) adalaha treatment yang lain yang digunakan pada beberapa pasien. Kelenjar timus berada di belakang tulang dada dan merupakan bagian penting dalam imun system. Ketika ada sebuah tumor dalam kelenjar timus (pada 10-15% pasien MG), tumor harus segera diangkat karena resiko keganasan. Thymectomy biasanya mengurangi parahnya kelemahan MG setelah beberapa bulan. Pada beberapa orang, kelemahan bisa benar-benar hilang. Hal ini yang disebut remis. Tingkat keberhasilan thymectomy berbeda pada setiap orang.

Plasmapheresis, atau pertukaran plasama, bisa juga berhasil dalam treatment MG. Prosedur ini membuang antibody yang abnormal dari plasama darah. Peningkatan kekuatan otot mungkin mengejutkan, tetapi biasanya bertahan untuk jangka pendek krena produksi antibody yang abnormal tetap berlanjut. Ketika plasmapheresis digunakan, mungkin dibutuhkan pertukaran ulang.  Pertukaran plasma bisa sangat berguna terutama ketika MG sangat parah atau sebelum operasi.

Keputusan treatmen didasarkan pada pengetahuan dan sejarah masing-masing penderita MG dan memprediksi  respon dari bentuk treatment tertentu. Tujuan treatment  adalah perseorangan berdasarkan tingkat keparahan kelemahan MG, usia dan jenis kelamin pasien, dan tingkat kerusakan.

Prognosa

Treatmen MG yang ada cukup efektif dan membawa pencerahan bagi kebanyakan pasien. Meskipun treatmen tidak akan menyembuhkan MG, kebanyakan pasien akan mengalami peningkatan yang signifikan di kelemahan otot. Pada beberapa kasus, MG bisa remisi untuk beberapa waktu, sehingga tidak perlu dilakukan treatmen. Banyak hal yang bisa dilakukan, tetapi masih perlu untuk dipahami. Obat baru untuk meningkatkan treatmen perlu dilakukan. Penelitian memerankan peranan penting untuk menemukan jawaban dan treatmen baru untuk MG.

Sumber

Diterjemahkan dan diadabtasi dari “Autoimmune Myathenia Gravis ”, 2009. Myasthenia Gravis Foundation of America.

www.myasthenia.org